Gandum Dapat Menjadi Alat Bagi RI Untuk Meredakan Kemarahan Trump, Bagaimana Caranya?

Rabu, 16 Apr 2025

Pemerintah Indonesia sedang merancang strategi perdagangan baru untuk mengurangi dampak tarif yang dikenakan oleh Amerika Serikat (AS). Diharapkan, strategi ini dapat melunakkan kebijakan Presiden Donald Trump yang menetapkan bea masuk hingga 32% untuk produk-produk dari Indonesia. 

Setelah sebelumnya mengandalkan sektor energi, kini muncul pertanyaan mengenai kemungkinan komoditas lain, seperti gandum dan meslin, untuk menjadi solusi dalam menyeimbangkan neraca perdagangan.

Perlu dicatat bahwa kebutuhan gandum di Indonesia sangat tinggi, terutama karena meningkatnya konsumsi mie instan dan produk olahan gandum lainnya. Namun, Indonesia menghadapi kendala dalam memproduksi gandum akibat masalah iklim.

Sebagai langkah awal, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa pemerintah berencana untuk meningkatkan impor liquefied petroleum gas (LPG) dan minyak dari AS dengan nilai lebih dari US$10 miliar, setara dengan sekitar Rp168 triliun. Tujuan dari langkah ini adalah untuk mengurangi surplus perdagangan Indonesia terhadap AS yang saat ini mencapai US$14-15 miliar.

"Jika kita mengalihkan komoditas, neraca perdagangan kita akan seimbang," ungkap Bahlil pada Selasa (15/4/2025) dalam Detikfinance. Ia menekankan bahwa 54% dari total impor LPG Indonesia sudah berasal dari AS, dan proporsi tersebut akan ditingkatkan. Namun, ia juga menegaskan bahwa pasokan dari negara lain tidak akan sepenuhnya dihentikan, melainkan hanya akan dikurangi volumenya sesuai dengan analisis ekonomi.

Selain sektor energi, pemerintah juga merencanakan pembelian barang dari AS hingga mencapai US$18 miliar secara keseluruhan. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa pembelian ini tidak harus dilakukan secara langsung, tetapi dapat dilakukan secara bertahap dan dicatat dalam neraca resmi.

Inisiatif ini merupakan bagian dari strategi diplomasi menjelang negosiasi tarif timbal balik di Washington pada 16-23 April 2025, di mana delegasi Indonesia akan bertemu dengan pejabat dari USTR, Departemen Perdagangan, Luar Negeri, dan Keuangan AS. Pemerintah juga sedang menyiapkan "non-paper" yang berisi usulan untuk relaksasi tarif, instrumen perdagangan non-tarif, serta peluang investasi bilateral.

Seiring dengan diskusi mengenai pembelian barang dari Amerika Serikat, perhatian mulai beralih kepada komoditas pertanian, khususnya gandum dan meslin. Meskipun Indonesia bukanlah negara penghasil gandum, permintaan domestik sangat tinggi dan sebagian besar dipenuhi melalui impor. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2023, Indonesia mengimpor gandum dan meslin dengan nilai lebih dari US$3 miliar, di mana Amerika Serikat menjadi salah satu pemasok utama.

Situasi ini menciptakan peluang strategis. Apabila pemerintah meningkatkan volume pembelian gandum dan meslin dari Amerika Serikat, tidak hanya kebutuhan dalam negeri yang akan terpenuhi, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk diplomasi perdagangan.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Komentar