Sebanyak 10.000 satuan pendidikan yang berada di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar, atau yang dikenal dengan istilah 3T, masih mengalami kerusakan. Tingkat kerusakan bervariasi, mulai dari sedang hingga berat. "Dari total 20.000 satuan pendidikan di wilayah 3T, 10.000 di antaranya masih dalam keadaan rusak," ungkap Kepala Biro Perencanaan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Vivi Andriani, dalam rapat dengar pendapat bersama Panitia Kerja (Panja) Pendidikan di ruang Komisi X DPR pada Selasa, 4 Maret 2025. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa ribuan sekolah di daerah 3T tersebut belum dilengkapi dengan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai. Fasilitas yang dimaksud mencakup perpustakaan, ruang kelas, laboratorium, serta akses internet. Satuan pendidikan merupakan entitas yang menyediakan layanan pendidikan formal, nonformal, dan informal, yang dapat berupa sekolah, lembaga, madrasah, atau kampus. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dasar dan Menengah mencatat bahwa terdapat 12.064 sekolah yang tidak memiliki fasilitas perpustakaan. Sebagian besar dari jumlah tersebut berada pada jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD), yang mencapai 7.324 sekolah. Selain itu, sebanyak 4.988 sekolah di berbagai jenjang masih mengalami kekurangan ruang kelas. Sekolah dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan yang paling banyak mengalami kekurangan ruang kelas, dengan total mencapai 1.871. Vivi juga menyampaikan bahwa di wilayah 3T terdapat 1.454 sekolah yang belum dilengkapi dengan laboratorium. Namun, situasi ini hanya dialami oleh beberapa tingkat pendidikan, seperti sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), dan sekolah menengah kejuruan (SMK). Masalah lainnya adalah belum meratanya akses listrik di sekolah-sekolah di daerah 3T. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencatat bahwa masih ada 5.783 sekolah di wilayah tersebut yang belum mendapatkan fasilitas listrik. Selain itu, terkait dengan akses internet, tercatat sebanyak 10.692 sekolah di daerah 3T belum memiliki koneksi internet yang diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran. Vivi juga menyampaikan bahwa di wilayah 3T terdapat 1.454 sekolah yang masih belum dilengkapi dengan laboratorium. Namun, situasi ini hanya dialami oleh beberapa tingkat pendidikan, seperti sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), dan sekolah menengah kejuruan (SMK). Masalah lainnya adalah ketidakmerataan akses listrik di sekolah-sekolah di daerah 3T. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencatat bahwa masih ada 5.783 sekolah di wilayah tersebut yang belum mendapatkan fasilitas listrik. Selain itu, terkait dengan akses internet, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga mencatat bahwa sebanyak 10.692 sekolah belum memiliki koneksi internet yang diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran di daerah 3T.