Foto: Kecelakaan pesawat Jeju Air (Lee Geun-young via REUTERS/Lee Geun-young)

Bukti Menunjukkan Bahwa Burung Dapat Menyebabkan Kecelakaan Fatal Pada Pesawat Terbang

Rabu, 01 Jan 2025

Kecelakaan pesawat Boeing 737-800 yang dioperasikan oleh maskapai Jeju Air di Korea Selatan, yang mengakibatkan 179 korban jiwa pada hari Minggu, menjadi berita yang sangat menyedihkan bagi industri penerbangan. Laporan awal menunjukkan bahwa kecelakaan tersebut mungkin disebabkan oleh tabrakan dengan sekelompok burung. Meskipun penyelidikan masih berlangsung, muncul pertanyaan mengenai kemungkinan burung menyebabkan kecelakaan pesawat yang begitu fatal. Seberapa seringkah insiden semacam ini terjadi dalam dunia penerbangan?

Melalui laporan AFP pada Selasa (31/12/2024), diketahui bahwa insiden tabrakan antara burung dan pesawat sering kali menjadi penyebab kecelakaan penerbangan di berbagai belahan dunia. Di Amerika Serikat (AS), berdasarkan data yang disusun oleh Federal Aviation Administration (FAA), tercatat sekitar 17.190 insiden tabrakan burung pada tahun 2022.

Angka ini mengalami peningkatan sebesar 10% dibandingkan tahun 2021, seiring dengan bertambahnya volume lalu lintas udara pasca-pandemi Covid-19. Data yang sama juga menunjukkan bahwa antara tahun 1990 hingga 2023, terdapat 291.600 insiden tabrakan antara hewan liar dan pesawat sipil di AS.

Di wilayah Prancis, Otoritas Penerbangan Sipil mencatat sekitar 600 insiden setiap tahun selama penerbangan komersial, meskipun insiden yang serius hanya mewakili kurang dari 8 persen dari total kasus. Namun, tren ini menunjukkan penurunan dalam beberapa tahun terakhir.

Berdasarkan informasi dari Australian Aviation Wildlife Hazard Group, tabrakan dengan burung telah merusak 250 pesawat di seluruh dunia sejak tahun 1988, yang mengakibatkan 262 kematian. Namun, insiden ini tidak termasuk kecelakaan yang melibatkan Jeju Air pada hari Minggu lalu.

"Kerugian akibat tabrakan ini diperkirakan mencapai lebih dari US$1,2 miliar (sekitar Rp 19 triliun) pada pesawat setiap tahunnya," ungkap organisasi asal Australia tersebut.

"Sebagian besar tabrakan ini terjadi saat lepas landas dan mendarat pada ketinggian yang relatif rendah, antara 0 hingga 50 kaki (15 meter)," tambah mereka.

Tabrakan antara pesawat dan burung pada ketinggian yang lebih tinggi tergolong jarang, meskipun tetap mungkin terjadi. Di Prancis, pada tahun 2021, sebuah pesawat wisata mengalami kecelakaan di departemen Seine-et-Marne setelah bertabrakan dengan seekor burung kormoran saat dalam penerbangan.

Salah satu insiden yang paling dikenal terjadi pada Januari 2009, ketika pilot Airbus A320 milik US Airways, yang mengangkut 155 penumpang, bertemu dengan sekawanan angsa liar dan berhasil mendarat di Sungai Hudson, New York, AS.

Menurut seorang ahli yang pernah bekerja di Biro Penyelidikan dan Analisis untuk Keselamatan Penerbangan Sipil (BEA) Prancis, yang bertanggung jawab atas investigasi kecelakaan pesawat sipil, "Dalam banyak kasus, tabrakan dengan burung tidak mengakibatkan kecelakaan yang serius."

"Sebagian besar kerusakan bersifat material dan terbatas pada benturan atau beberapa dampak pada struktur pesawat. Namun, jika satu atau lebih burung masuk ke dalam mesin, kerusakannya bisa jauh lebih parah, terutama jika kompresor mengalami kerusakan yang dapat menyebabkan kegagalan fungsi atau mesin mati," jelas mantan pakar BEA tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

Otoritas Penerbangan Sipil Prancis menambahkan, "Hal ini dapat mengakibatkan pematian mesin, pendaratan darurat, gangguan saat lepas landas, atau penundaan dalam kembali ke darat, yang semuanya dapat mempengaruhi keselamatan penerbangan atau kelanjutan perjalanan."

Risiko tersebut meningkat seiring dengan ukuran dan jumlah burung, terutama pada saat migrasi. Puing-puing burung atau bagian pesawat yang rusak akibat tabrakan dapat memicu kebakaran pada mesin.

"Namun, biasanya tidak sampai merusak seluruh sistem hidrolik dan listrik pesawat," ungkap seorang pakar, sambil menyoroti pentingnya sistem yang diperlukan untuk manuver dan penurunan roda pendaratan, yang mengalami kegagalan pada insiden Jeju Air.

Mereka juga menjelaskan bahwa jika satu mesin mengalami kerusakan, mesin kedua akan berfungsi sebagai cadangan. Agar kedua mesin berhenti beroperasi, tabrakan harus terjadi pada keduanya secara bersamaan, namun "hal ini sangat jarang terjadi".

Untuk mengurangi risiko yang berkaitan dengan burung, produsen pesawat dan bandara telah menerapkan berbagai langkah pencegahan. Langkah-langkah ini meliputi pengujian tekanan pada mesin dengan melemparkan ayam mati ke dalamnya, serta tindakan pencegahan di sekitar bandara seperti menyiarkan panggilan darurat burung atau menembakkan tembakan peringatan ke udara untuk mengusir mereka.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Komentar